Pesatnya perkembangan teknologi dapat menunjang pembelajaran
daring selama pandemi Covid-19. Bahkan tuntunan perubahan model pengajaran
daring ini memberikan banyak dampak positif di dunia pendidikan. Atas hal
tersebut, pengajar dituntut untuk menguasai aplikasi atau media pembelajaran
yang menunjang kegiatan belajar mengajar.
Ketua PGRI Prof. Dr.Ir Richardus Eko Indrajit, M.Sc. MBA.
menyampaikan bahwa menyusun asesmen berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS) pada pembelajaran online sangat diperlukan.
“HOTS ini bukan sekadar untuk gaya-gayaan atau hal baru di dunia pendidikan. Mulanya metode pembelajaran ini intinya bertujuan memperkenalkan manusia untuk survive terhadap tantangan-tantangan baru,” kata Prof. Richardus dalam Pekan Webinar Universitas Dinamika (STIKOM Surabaya).
Menurutnya, HOTS sangat mungkin diterapkan dalam pembelajaran
daring, asalkan pengajar menyusun metode dengan mengetahui esensinya. Adapun
hal yang perlu diperhatikan para pengajar saat ini adalah perkembangan
teknologi informasi yang sangat pesat. Terlihat dengan kebiasaan baru bahwa
bisa saja para siswa bermain game
dengan orang luar negeri, atau masyarakat bisa dengan mudah membeli barang dari
luar negeri melalui e-commerce.
Oleh sebab itu metode pembelajaran berbasis HOTS bukan hanya
pengajaran untuk survive saja, kata Prof. Richardus, tapi juga bisa
bersaing, mampu melihat peluang untuk berkembang dan mandiri.
“Intinya siswa atau pelajar bisa menganalisa keadaan sekitar
berdasarkan ilmu yang diajarkan guru atau dosen. Pengamatan, analisa,
perbandingan sehingga menciptakan sesuatu yang menarik dan mendalam,” kata
dia.
Ia juga menyampaikan terdapat beberapa cara para pengajar menerapkan
pembelajaran berbasis HOTS. Salah satu diantaranya yakni pengajar memancing
siswa-siswi untuk berpikir kritis, berpikir kreatif, mampu berargumen dan
mengambil keputusan. Caranya bisa dengan memberikan bahan diskusi yang familiar
secara bertahap.
“Misalnya disuruh untuk menjawab olahraga apa yang berat. Sebutkan
satu olahraga tanpa alasan. Nah disini setiap pelajar akan memiliki jawaban
yang berbeda-beda. Setelah itu baru perintahkan pelajar untuk memberi alasan
atas jawabannya,” kata dia.
Prof. Richardus menyampaikan dengan cara tersebut para guru akan
melihat dan mengetahui sejauh mana para siswa mampu berpikir kritis dan
kreatif.
Disamping itu, Dosen S1 Sistem Informasi Universitas Dinamika
Julianto Lemantara, S.Kom., M.Eng. menyampaikan metode pembelajaran berbasis
HOTS ini nantinya bisa juga diterapkan menggunakan Aplikasi MoLearn. Aplikasi
tersebut merupakan inovasi dari para dosen Undika sejak 2017 lalu.
“ Aplikasi ini dibuat dari hasil penelitian dari beberapa Dosen
Undika dengan melakukan observasi dan diskusi ke sejumlah guru. Dalam
kesimpulannya para guru membutuhkan fitur pembelajaran yang ada di MoLearn saat
ini,” kata dia.
Beberapa fitur
pengembangan dari MoLearn versi 2 yang bisa digunakan
yakni pengajar bisa melakukan pengecekan kesamaan jawaban siswa dengan kunci
jawaban. Selain itu bisa juga melakukan pengecekan kesamaan jawaban antar siswa
baik jawaban singkat atau jawaban panjang.
Juliantoro berharap aplikasi MoLearn ini bisa digunakan para guru
untuk kegiatan belajar mengajar secara gratis. Nantinya agar aplikasi ini bisa
dimanfaatkan oleh para guru dengan baik, karena pihak kampus telah melakukan
pengembangan sesuai dengan kebutuhan guru dan siswa selama kegiatan belajar.