D’Media (10/01/22) - Masker menjadi hal yang esensial di masa pandemi Covid-19 ini, namun penggunaan masker setiap hari juga menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan sekitar. Pencemaran lingkungan akibat limbah masker ini menjadi perhatian para mahasiswa Desain Komunikasi Visual (DKV) Universitas Dinamika (Undika), dan membawa mereka untuk mengadakan webinar pengolahan limbah masker bagi masyarakat.
Webinar yang bertajuk Mask Recycling ini diprakarsai oleh Khafid Alfahillah dan keenam temannya lainnya juga merupakan mahasiswa Prodi DKV Undika angkatan 2018 yaitu Andreas Avellino, Juan Fernando Aditya, Fahrizal Dido, Aditya Kusuma, Yan Maulana dan Kartika Savana. “Kami melihat banyak masyarakat yang acuh dan bersikap tidak peduli dengan apa yang sedang terjadi pada saat ini, oleh karena itu kami ingin mengajak masyarakat untuk dapat mengolah limbah masker sekali pakai menjadi hal yang bermanfaat,” ujar Khafid.
Melalui webinar Mask Recycling ini ia bersama teman-temannya ingin menanggulangi peningkatan jumlah sampah masker yang selalu meningkat di setiap harinya. “Serta menyadarkan masyarakat akan pentingnya untuk tetap menjaga kebersihan lingkungan demi menciptakan hidup yang sehat,” lanjut Khafid.
Oleh karena itu, Khafid mengundang Pieter Iskandar yang merupakan penggiat lingkungan serta pengawas dari Yayasan Upakara Bhuvana Nusantara (YUBN). “Fokus Yayasan Upakara Bhuvana Nusantara ini adalah untuk mengajak masyarakat memanfaatkan produk olahan limbah masker untuk kegiatan lingkungan dan penghijauan,” ujar Pieter.
Yayasan yang berpusat di Kota Bogor ini bergerak di bidang pelestarian lingkungan dengan meneliti dan mengelola berbagai limbah rumah tangga. Bahkan saat ini, YUBN ditunjuk langsung oleh BRIN (LIPI) sebagai kelompok yang bertugas untuk menangani limbah masker dari awal pengumpulan hingga menjadi daur ulang (biji plastik).
Pieter menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk mengolah limbah masker. “Pertama harus melepaskan dan membuang logam di bagian hidung yang ada di masker serta mencopot atau menggunting bagian tali telinga masker,” kata Pieter. Ia melanjutkan bahwa bahan logam dan juga bahan tali telinga masker tidak bisa disatukan dalam proses daur ulang. Pieter pun juga menjelaskan langkah-langkah untuk mengolah sampah masker dari rumah diantaranya adalah mencuci bersih masker, dikemas terpisah dari sampah lain, lalu di masukkan pada dropbox khusus limbah masker.
“Nantinya masker-masker tersebut akan dicacah menjadi bagian-bagian kecil hingga membentuk biji plastik,” jelas Pieter. Biji plastik tersebut nantinya bisa dijadikan bahan membuat pot bunga, tali rafia, bahan baju hazmat, bahan kain sofa hingga peralatan rumah tangga seperti botol plastik, ember dan masih banyak lagi.
Melalui webinar yang diikuti oleh mahasiswa dan internal civitas akademika Undika serta masyarakat umum ini, YUBN bisa bekerjasama dengan Undika untuk mengumpulkan masker di daerah Surabaya khususnya lingkungan sekitar kampus untuk bisa dikirimkan ke YUBN agar dapat dikelola dan menjadi hasil daur ulang yang menarik. “Saya juga berharap adek-adek semakin memiliki wawasan tentang bagaimana merawat lingkungan dan bumi agar menjadi tempat tinggal yang lebih baik,” pesan Pieter. Cla.