DR.
Hernani Sirikit, MA tampak sumringah ketika dijumpai tim Humas Universitas
Dinamika (Stikom Surabaya). Pasalnya, bukunya yang dicetak terbatas sebanyak
300 eksemplar sudah habis tandas terjual. “Padahal baru terbit Senin pekan
lalu, hari Minggu sudah habis. Laris seperti pisang goreng,” katanya. Beberapa
pemesan yang belakangan terpaksa harus antre menunggu proses cetakan kedua.
Buku Sirikit yang bertajuk “Teori dan Filosofi Jurnalistik dalam Praktik” ini adalah buku pertamanya untuk tahun ini. “Biasanya saya menerbitkan dua buku dalam setahun,” imbuhnya. Boleh dikata, ini buku pertama tahun ini dari dosen Undika. Sirikit berharap, ini dapat memotivasi para dosen lain untuk menyusul menerbitkan buku. “Sebagai akademisi, kita harus berlomba dalam menerbitkan karya ilmiah, baik dalam bentuk artikel jurnal maupun buku,” tutur mantan wartawan media cetak dan televisi ini.
Ditanya
apa isi bukunya kok bisa lekas laku, Sirikit menjelaskan bahwa bukunya merupakan
kumpulan renungan mengenai teori dan filosofi klasik jurnalisme yang
dihubungkan dengan praktik jurnalistik masa kini, termasuk tantangan yang
dihadapi. Tantangan jurnalisme sekarang di antaranya persaingan perusahaan
pers, medium atau platform yang berubah, aturan yang makin ketat, dan karakter
khalayak yang berbeda dari era-era sebelumnya. “Ini harus terus diantisipasi,
diadaptasi, diadopsi, tanpa meninggalkan ruh dan konsep mulia jurnalisme,”
tutur mantan senior editor di the Brunei Times itu.
Sirikit
saat ini mengajar di Prodi DKV, mengampu mata kuliah Sosiologi Komunikasi. Bukunya,
menurut Sirikit, menyinggung beberapa bahasan dalam mata kuliahnya, misalnya
perkembangan teknologi komunikasi (dari mesin cetak Guttenberg hingga teknologi
digital) maupun filosoi komunikasi dalam kontur masyarakat yang terus berubah.
“Kalau dulu pers bawah tanahnya berupa selebaran yang dicetak di bawah tanah
atau di lokasi tersembunyi, sekarang pers bawah tanahnya ada di dunia maya,
berupa sekumpulan netizen, yang mengetik di gadgetnya di café-café atau warkop
yang terbuka bagi publik.”
Saat
ini Sirikit mencetak lagi bukunya dalam jumlah terbatas. Buku ini merupakan
bukunya yang ke-18, setelah tahun lalu menerbitkan kumpulan cerpen Lelaki dari
Masa Lalu.