Dosen DKV Undika Terbitkan Buku Jurnalistik & Ludes dalam 1 Minggu

Cetak
Image 24 Feb 2022

DR. Hernani Sirikit, MA tampak sumringah ketika dijumpai tim Humas Universitas Dinamika (Stikom Surabaya). Pasalnya, bukunya yang dicetak terbatas sebanyak 300 eksemplar sudah habis tandas terjual. “Padahal baru terbit Senin pekan lalu, hari Minggu sudah habis. Laris seperti pisang goreng,” katanya. Beberapa pemesan yang belakangan terpaksa harus antre menunggu proses cetakan kedua.

Buku Sirikit yang bertajuk “Teori dan Filosofi Jurnalistik dalam Praktik” ini adalah buku pertamanya untuk tahun ini. “Biasanya saya menerbitkan dua buku dalam setahun,” imbuhnya. Boleh dikata, ini buku pertama tahun ini dari dosen Undika. Sirikit berharap, ini dapat memotivasi para dosen lain untuk menyusul menerbitkan buku. “Sebagai akademisi, kita harus berlomba dalam menerbitkan karya ilmiah, baik dalam bentuk artikel jurnal maupun buku,” tutur mantan wartawan media cetak dan televisi ini.

Ditanya apa isi bukunya kok bisa lekas laku, Sirikit menjelaskan bahwa bukunya merupakan kumpulan renungan mengenai teori dan filosofi klasik jurnalisme yang dihubungkan dengan praktik jurnalistik masa kini, termasuk tantangan yang dihadapi. Tantangan jurnalisme sekarang di antaranya persaingan perusahaan pers, medium atau platform yang berubah, aturan yang makin ketat, dan karakter khalayak yang berbeda dari era-era sebelumnya. “Ini harus terus diantisipasi, diadaptasi, diadopsi, tanpa meninggalkan ruh dan konsep mulia jurnalisme,” tutur mantan senior editor di the Brunei Times itu.

Sirikit saat ini mengajar di Prodi DKV, mengampu mata kuliah Sosiologi Komunikasi. Bukunya, menurut Sirikit, menyinggung beberapa bahasan dalam mata kuliahnya, misalnya perkembangan teknologi komunikasi (dari mesin cetak Guttenberg hingga teknologi digital) maupun filosoi komunikasi dalam kontur masyarakat yang terus berubah. “Kalau dulu pers bawah tanahnya berupa selebaran yang dicetak di bawah tanah atau di lokasi tersembunyi, sekarang pers bawah tanahnya ada di dunia maya, berupa sekumpulan netizen, yang mengetik di gadgetnya di café-café atau warkop yang terbuka bagi publik.”

Saat ini Sirikit mencetak lagi bukunya dalam jumlah terbatas. Buku ini merupakan bukunya yang ke-18, setelah tahun lalu menerbitkan kumpulan cerpen Lelaki dari Masa Lalu. 


616 kunjungan