D’Media, (02/05/2024) – Pada hari Selasa (30/04/2024), Dosen sekaligus Wakil Rektor III Universitas Dinamika (STIKOM Surabaya) yang bernama Bambang Hariadi telah dikukuhkan menjadi Guru Besar. Ia berhasil meraih gelar profesor dalam bidang Ilmu Teknologi Pembelajaran.
Acara
Pengukuhan Guru Besar ini bertepatan dengan peringatan Dies Natalis ke-41
Universitas Dinamika. Acara ini telah diselenggarakan pada pukul 09.00 hingga
11.00 di Ruang Laksda Mardiono, lantai 1 gedung Universitas Dinamika. Acara ini
dihadiri oleh para tamu-tamu undangan, seperti perwakilan dari LLDIKTI Wilayah
VII, Ketua Pembina Yayasan Putra Bhakti Sentosa (yayasan yang menaungi
Universitas Dinamika) beserta pengurus lainnya, keluarga dan kerabat dari
Bambang Hariadi, struktural non-dosen, dosen, dan masih banyak lagi.
Acara
dibuka oleh Budi Jatmiko, Rektor Universitas Dinamika, yang membuka Rapat
Terbuka Senat Universitas Dinamika terkait Pengukuhan Guru Besar, dan
dilanjutkan oleh pembacaan salinan Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan,
Riset dan Teknologi tentang kenaikan jabatan akademik dosen oleh Pantjawati
Sudarmaningtyas, Wakil Rektor I Universitas Dinamika.
Lorensia
Jen Putriana Ndoily, selaku Ketua Pelaksana Acara, menjelaskan bahwa selain
pengukuhan, Bambang juga menyampaikan orasi ilmiah yang berjudul ‘Pembelajaran
yang Menyenangkan pada Setiap Generasi’.
Dalam
orasi ilmiahnya, Bambang menyampaikan bahwa terdapat perbedaan pembelajaran
antara generasi lampau dengan generasi saat ini. “Sumber media pembelajaran
generasi lampau dengan generasi sekarang sangat berbeda. Dulu, saat mati lampu,
generasi lampau masih bisa belajar dengan menggunakan lampu petromak. Hal
tersebut tidak bisa dilakukan oleh generasi sekarang, karena mengingat media
pembelajaran saat ini mayoritas menggunakan sumber daya listrik,” ujar Bambang.
Bambang
melanjutkan bahwa dengan melihat perbedaan-perbedaan tersebut, tenaga pendidik
harus bisa memahami perbedaan gaya belajar pada tiap generasi. “Dengan pesatnya
perkembangan teknologi saat ini, kita sebagai pendidik harus tetap beradaptasi
dengan kemajuan teknologi untuk memberikan gaya pembelajaran yang menyenangkan
bagi anak-anak. Maka dari itu, kita perlu Smart Learning,” sambung
Bambang.
Menurut
Bambang, Smart Learning adalah pembelajaran yang bisa mewadahi tiap
karakteristik belajar anak-anak. Ia bercerita bahwa pada tahun 2017, ia bersama
teman-teman peneliti telah menghasilkan Learning Management System (LMS)
bernama MoLearn untuk siswa SMA. “Melalui MoLearn yang bisa
diakses melalui web dan android, para siswa bisa mempelajari
bahan-bahan ajar dan bisa melakukan ujian dari MoLearn,” kata Bambang.
Dalam penutupnya, Bambang mengimbuhkan bahwa
pembelajaran yang nyaman adalah keetika para dosen maupun pendidik bisa menyiapkan
pembelajaran dengan memperhatikan karakteristik, gaya belajar, dan perkembangan
zaman. “Diharapkan ketiga hal ini bisa menciptakan pembelajaran yang nyaman dan
berujung pada peningkatan hasil belajar,” pungkas Bambang. (tta)