D’Media, (13/05/2024) – Kasih orang tua terhadap anak adalah anugerah yang tak tergantikan. Tidak hanya diwujudkan dalam pelukan hangat tapi juga terwujud dalam bentuk pengorbanan dan dukungan tiada henti. Khususnya seorang ayah. Berangkat dari hal itu, Hafidz Iqbal, mahasiswa program studi (prodi) Produksi Film dan Televisi (PFTV) Universitas Dinamika Stikom Surabaya berhasil membuat karya tugas akhirnya berupa film pendek berjudul Hold on Little Girl (HOLG).
Selain sebagai
sutradara, mahasiswa angkatan 2018 ini sekaligus juga yang menulis
naskahnya. “Ini adalah film ke 12 saya sejak memulai bikin film dari bangku
SMP,” ujar Hafidz usai acara Gala
Premiere yang dihadiri oleh 140 penonton di CGV Maspion Square Surabaya, 26
April 2024 lalu.
Film bertema
keluarga ini bercerita tentang Farah, seorang putri tunggal yang sebentar lagi menikah dengan laki-laki
pilihannya. Namun, konflik batin terjadi ketika menjelang hari pernikahan. Sang
ayah tampak tidak rela melepas anaknya yang dianggap masih kecil itu. Dia
terlalu mencintai putrinya sehingga enggan untuk melepasnya, apalagi pergi
dengan pria lain. Meskipun sang ayah menyadari bahwa anak gadisnya sudah waktunya
untuk menikah di usianya.
“Padahal Farah
sudah mencapai usia dewasa dan sudah waktunya menikah,” kata mahasiswa yang
juga kerap disapa Miky Havis ini.
Konflik batin
seorang ayah ini berhasil mengaduk emosi penonton karena membayangkan bagaimana
seorang ayah ditinggal putri satu-satunya yang menikah dengan pria lain. Itu artinya,
kasih sayang yang selama ini diberikan sepenuhnya oleh ayah harus dibagi dengan
pria lain, suami dari putrinya.
Sebagai karya
tugas akhir sarjana terapan, film ini terbilang istimewa karena selain
dibintangi oleh Vanessa Chastity sebagai Farah, film ini juga dibintangi oleh Afrian
Arisandy sebagai seorang ayah, pemeran utama pria. Aktor asal Sidoarjo yang
sedang hangat diperbincangkan publik ini dikenal karena aktingnya yang apik di
film Siksa Kubur karya sutradara Joko Anwar. Sementara tokoh ibu
diperankan oleh aktris teater Deny Tri Aryanti.
Menurut Hafidz, mendatangkan
seorang Afrian dan tokoh-tokoh lain yang berpengalaman dalam akting adalah
anugerah baginya. Dia bersyukur karena memiliki jaringan yang luas dan bisa
kenal dengan orang-orang kompeten di bidangnya, terutama sosok Afrian.
Film HOLG
mulai diproduksi sejak tahun 2020 sebagai tugas akhir semester kuliah. Namun
tidak selesai karena pandemi Covid-19. Banyak hambatan selama produksi sehingga
harus berhenti di tengah jalan.
“Saat itu masih gencar-gencarnya Covid-19 dan seringkali lockdown saat kami mau produksi film sehingga proses produksi sering terhambat,” ungkapnya.
Hafidz berusaha
memperbaiki kembali film ini bersama tim produksi dan didukung oleh para
pembimbing tugas akhir serta masukan dari dewan penguji. “Saya dibantu
oleh Harf Media, production house yang sudah saya rintis bersama
teman-teman SD saya hingga saat ini,” katanya. Hafidz mengaku,
total ada 24 orang yang menjadi tim dalam proses produksi HOLG. Setelah
melalui proses panjang akhirnya film ini rampung pada tahun 2024 sekaligus
dijadikan sebagai karya tugas akhir (TA) prodi PFTV.
Muhammad
Bahruddin, dosen pembimbing karya Hafidz, menjelaskan bahwa film pendek yang
dibuat Hafidz relate dengan kehidupan keluarga-keluarga pada umumnya.
“Namun yang istimewa, Hafidz mampu membangun konflik batin dan drama secara
detail ke dalam film,” ucap pria yang biasa dipanggil Bah ini. “Sekalipun
banyak ayah mengalami kesedihan yang mendalam karena ditinggal menikah putrinya
tapi justru tak banyak film yang mengambil kisahnya. Inilah kelebihan dari HOLG,”
puji pria yang menjadi Kaprodi PFTV sejak 2021 lalu itu.
Hafidz berharap HOLG
bisa didaftarkan sebagai intellectual property (IP) agar bisa diputar di
layer-layar lebar di Indonesia. “Saya ingin menjadikan HOLG sebagai
sebuah intellectual property sehingga bisa diputar di layar-layar lebar
Indonesia,” harapnya.
Selain itu,
Hafidz juga mendaftarkan HOLG di beberapa festival film, baik di level
nasional maupun internasional seperti karya sebelumnya yaitu film Annoying
Boy yang mendapatkan apresiasi dari berbagai festival internasional. (tta/bah)