Universitas Dinamika (Undika) Surabaya menampilkan 16 inovasi teknologi di Gedung Biru lantai 1. Inovasi hasil Tugas Akhir (TA) mahasiswa S1 Teknik Komputer ini sebagai bentuk dukungan atau konsistensi menjalankan visi civitas, yakni menjadi perguruan tinggi yang produktif dalam berinovasi.
Dekan S1 Teknik Komputer, Pauladie Susanto, S.Kom., M.T. menyampaikan selama satu tahun Undika Surabaya akan menampilkan inovasi baru dari mahasiswa maupun dosen. Hal tersebut akan terus didorong agar bisa dimanfaatkan oleh pemerintah, masyarakat, maupun perusahaan.
“Kami ingin mempunyai produk-produk inovasi, jadi kami berusaha berinovasi sebesar-besarnya, mungkin kita ga bisa besar inovasinya, tapi kalau tidak dimulai dari yang kecil, maka kami tidak pernah bisa bergerak,” kata Pauladie saat diwawancarai usai membuka pameran Tugas Akhir mahasiswa S1 Teknik Komputer di Undika Surabaya, Selasa 18 Februari 2020.
Ia menyampaikan, selama satu semester mahasiswa memperoleh ilmu atau teori tentang teknologi, dengan adanya tugas. Oleh sebab itu melalui ujian dan pameran tugas akhir ini akan mengasah kemampuan praktiknya.
Pauladie berharap inovasi yang dibuat mahasiswa ini dapat dikenal dan disampaikan ke masyarakat, pemerintah, perusahaan melalui media massa. Sehingga banyak yang mengetahui jika mahasiswa Undika mampu menghasilkan teknologi berguna dan terbaru.
“Apalagi yang dikerjakan mahasiswa juga bersambungan dengan penelitian dosen, yang juga langsung mengatasi masalah yang ada di lapangan atau masyarakat, jadi ada luaran yang diakui juga oleh negara,” katanya.
Bahkan sudah ada beberapa inovasi yang diakui negara dan dimanfaatkan masyarakat, kata Pauladie, yakni alat timbangan yang digunakan di Posyandu Tandes Surabaya, dan ada juga alat perah susu sapi yang digunakan peternak.
“Saya berharap semakin banyak inovasi yang bermanfaat untuk masyarakat. Jadi kami akan selalu berinovasi walaupun itu sekecil apapun harus diwujudkan agar bermanfaat untuk masyarakat. Tujuan tersebut bisa segera diangkat jadi tugas akhir oleh mahasiswa,” kata Pauladie.
Disamping itu, salah satu mahasiswa Badrut Tamam menjelaskan ia membuat alat untuk mendeteksi longsor sejak dini. Inovasi tersebut menggunakan transmisi Lora.
“Jadi ada masternya yang digunakan untuk memperigati masyarakat adanya deteksi longsor,” kata dia.
Mahasiswa asal Bawean Gresik ini menyampaikan alat yang dibuatnya memang dikhususkan untuk rumah penduduk yang berada di kaki bukit. Dengan adanya alat ini, penduduk akan lebih bersiaga mencari keamanan ketika ada peringatan longsor.
Dosen Pembimbing Tugas Akhir Heri Pratikno, M.T., MTCNA., MTCRE menyampaikan inovasi yang ditampilkan mahasiswa sangat beragam. Pihaknya mengarahkan pada smart home atau smart house yang berbasis Internet of Things (IoT).
“Jadi internet bernilai sesuatu, alat-alat apapun ketika tidak terhubung internet, maka dia tidak bernilai sesuatu, inovasi ini akan bernilai sesuatu ketika terkoneksi dengan internet,” kata dia.
Ia menyampaikan
alat-alat ini relatif simpel dan dengan ukuran kecil, dan bisa menggunakan
bluetooth, internet dan wifi. (Lathifiyah)