Surabaya, Jawa Pos- Tanah longsor masih sering terjadi di tanah air. Terutama di daerah yang memiliki dataran tinggi. Bencana tersebut kerap menimbulkan korban jiwa dan kerugian materi. Karena itu, alat pendeteksi sangat penting untuk mencegah banyaknya korban.
Itulah yang mendasari Badrut Tamam menciptkan alat pendeteksi tanah longsor. Mahasiswa semester 9 Teknik Komputer Fakultas Teknologi dan Informatika Universitas Dinamika tersebut menggunakan transmisi long range (Lora) atau jarak jauh untuk mengukur pergerakan tanag=h dan curah hujan.
"Salah satu penyebab tanah itu bergerak memang curah hujan yang tinggi. Jadi, dua hal itu saya ukur. Pergerakan tanah dan curah hujan," ungkap pria 23 tahun tersebut.
Dia menuturkan, alat yang diciptakan itu masih sekadar prototipe. Namanya Rancang Bangun Alat Peringatan Dini Longsor Menggunakan Alat Transmisi Lora. Kelebihan transmisi itu terletak pada jarak yang bisa dicapai. "Tidak menggunakan internet. Lewat jariingan frekuensi saja," tutur pria asal Bawean tersebut.
Kemarin Badrut melakukan uji coba di lobi lantai 1 Fakultas Teknologi dan Informatika Universitas Dinamika. Sebuah tali yang terhubung ke sensor transmisi ditutupi tanah setinggi 20 cm. Dia lantas menyemprotkan air lewat shower sebagai simulasi hujan. Saat tanah bergerak sejauh 80 cm dari posisi semula, lampu sensor orange menyala yang menandakan pergeseran tanah tinggi dan curah hujan rendah.
"Kemudian, sirene berbunyi sebagai penanda kalau kondisi memburuk. Ini informasi ke warga untuk menjauhi titik longsor," ucapnya.
Badrut mengatakan, selain oranye, ada tiga lampu lain sebagai penanda. Yakni, putih yang mengindikasikan curah hujan dan pergeseran tanah rendah. Hijau artinya curah hujan tinggi dan pergeseran tanah rendah., Merah menandakan curah hujan dan pergseran tanah tinggi.
Meski demikian, dia menyatakan masih ada masalah yang perlu diperbaiki. Yakni, sensor curah hujan. "Untuk pergeseran tanah sudah baik. Tapi, yang hujan ini masih sering bermasalah. Banyak error-nya," katanya. (Jar/c15/dio).