Undika Latih Dosen Mengajar dengan Pendekatan OBE

Cetak
Image

Universitas Dinamika melatih seluruh dosen untuk mengajar mahasiswa dengan pendekatan Outcome Based Education (OBE). Sehingga mahasiswa lebih mengasah kemampuan pelajar ketimbang memperbanyak teori.

“Sehingga dosennya dalam mengajar itu arahnya pada kemampuan mahasiswa, bukan hanya menghabiskan materi selama satu semester,” kata Pembicara Pertemuan Dosen Undika Semester 19.2 oleh Dr. Ir. Syamsul Arifin, M.T. di Laksda Mardiono, Rabu 11 Maret 2020.

Menurutnya saata ini dosen harus lebih mengedepankan outcome mahasiswa, yakni dengan mengasah kemampuan mahasiswa ketika sudah masuk ke dunia kerja. Sehingga setelah mahasiswa mempelajari sebuah materi dalam kelas, harus ada hasil karya yang dihasilkannya.

Ia menjelaskan dalam pendekat OBE ini dosen dituntut untuk membuat Rencana Pembelajaran Mahasiswa yang beragam, yakni bukan hanya pembelajarn teori dan materi dalam kelas. Apalagi saat ini sudah era teknologi yang menunjang banyak media belajar.


 “Jika kemampuannya ini maka anak ini harus belajar ini, harus diajar begini, seperti itu,” katanya.

Perencanaannya itu goalnya adalah pada kemampuan mahasiswa dalam mata kuliah, kata Syamsul, lalu penilaian terhadap kemampuan mahasiswa masing-masing.

Pembicara yang juga dosen di ITS Surabaya ini mencontohkan beberapa cara pendekatan OBE dalam mengajar yakni adanya tatap muka di kelas, praktikum, online dan masih banyak lagi. Apalagi terkait isu 4.0 yang proses pendidikan harus terkoneksi dengan sumber-sumber belajar yang ada di internet. Jadi tidak hanya menggunakan single platform lagi tetapi menjadi multiplatform.

Frekuensi penggunaan bagaimana? Tergantung prodinya.  Kalau prodi sains biasanya banyak konsepnya. Tetapi kalau prodi yang aplikasi seperti ini (prodi applied) , akan lebih banyak prakteknya,” kata pembicara yang pernah menjadi dosen Undika ini.

Syamsul menegaskan yang membedakan pendekatan OBE ini dengan lainnya yakni dosen dikejar-kejar untuk memunculkan kelebihan mahasiswa. Bukan dosen dikerjar-kejar oleh materinya agar tersampaikan ke mahasiswa.

Ia menyarankan agar seluruh dosen kembali menumbuhkan alam bawah sadarnya menjadi guru yang menjadikan anak didiknya lebih pintar. Hal tersebut karena pendekatan pembelajaran sebelumnya memberikan banyak tugas pada dosen untuk menghabiskan teorinya dalam target tertentu.


“Jadi bisa jadi selama ini alam bawah sadarnya itu banyak terkontaminasi dengan kondisi-kondisi pragmatis, karena kondisinya macem-macem maka materi-materinya itu diberikan, tidak sampai menjangkau bawah sadarnya,” katanya.

Padahal menurutnya semua dosen pastinya ingin anak didiknya bertambah pintar baik dalam teori maupun praktik.

Syamsul berharap dengan adanya pertemuan-pertemuan dosen ini bisa menjadi langkah baik agar menginspirasi dosen untuk meng-eksplor alam bawah sadarnya yang sangat berharga itu.


704 kunjungan