D’Media, (14/03/2024) – Pandemi
Covid-19 meninggalkan banyak cerita kelam yang memiliki dampak negatif terhadap
masyarakat. Dampak negatif yang ditimbulkan masih dirasakan di beberapa sektor
ekonomi walaupun pandemi telah dinyatakan berakhir beberapa tahun silam. Di
beberapa negara, pemulihan ekonomi membutuhkan waktu yang cukup lama. Melihat
hal ini, Rudi Santoso, salah satu dosen program studi (prodi) S1 Akuntansi
Universitas Dinamika membuat sebuah model pemulihan ekonomi nasional.
Model yang dibuat oleh Rudi ini pada dasarnya memanfaatkan
tren ekonomi digital yang dibantu oleh peningkatan inklusi keuangan. Fenomena
yang dilihat oleh Rudi, demikian biasa ia dipanggil, adalah adanya peningkatan akses
jasa keuangan formal untuk mendorong peningkatan ekonomi mikro. Rudi
mengembangkan model yang bertumpu pada strategi akses keuangan inklusif pada
sektor ekonomi digital. “Hal ini bertujuan untuk mendorong sektor mikro agar
tetap berkembang dan bergerak. Pergerakan ekonomi mikro ini akan mempercepat
pemulihan ekonomi pasca pandemi,” ujar Rudi. Indikator keberhasilan model ini
adalah pertumbuhan startup dan akses keuangan berbasis digital.
Lebih
lanjut, Rudi mengungkapkan bahwa salah satu keunikan dari model yang ditawarkan
adalah penggunaan ekonomi digital dan inklusi keuangan. Keduanya merupakan macroeconomic
indicator yang muncul dan lahir pada masa pandemi. Hal ini tidak lepas dari
semangat pemerintah terkait dengan ekspansi moneter. Salah satu wujud ekspansi
moneter adalah dengan meningkatkan inklusi keuangan yaitu peningkatan akses
terhadap layanan keuangan formal. Jika konsumsi dalam negeri meningkat, maka
aktivitas dunia usaha baik mikro maupun makro ikut bergerak.
Model strategi pemulihan ekonomi nasional ini
menitikberatkan pada empat hal yaitu Governance (pemerintah), people/citizen,
digital ekonomi, dan inklusi keuangan. Dari sisi pemerintah, Rudi memberikan saran
kebijakan dalam bentuk stimulus fiskal. Stimulus ini diberikan secara bertahap
untuk menggerakkan kembali roda ekonomi mikro yang terancam berhenti selama
pandemi. Sasaran utama adalah mereka yang terdampak langsung pandemi (pelaku
UMKM, pekerja dengan gaji di bawah empat
juta, masyarakat pada garis kemiskinan). Selain itu, pemerintah juga harus menyediakan
infrastruktur pendukung ekosistem ekonomi digital, seperti meningkatkan
kecepatan akses internet untuk mendukung platform ekonomi digital.
Aspek kedua adalah people, yang
memfokuskan pada peningkatan kepemilikan aset digital. Aset digital sudah menjadi sebuah aset
investasi yang akan memberikan keuntungan berupa perbedaan harga perolehan dan
harga jual akibat dari prinsip time value of money. Perilaku konsumen
mulai bergeser untuk menyimpan aset digital yang dapat digunakan bertransaksi
di masa yang akan datang. Kecepatan transaksi digital dan meningkatnya
permintaan aset digital juga mendorong peningkatan pendapatan baik penjual maupun pembeli. Hal
ini adalah konsekuensi logis dari ekosistem bisnis digital itu sendiri.
Aspek ketiga adalah ekonomi digital, peningkatan
kepemilikan aset digital pada akhirnya mendorong peningkatan jumlah
penyelenggaran ekonomi digital. Platform e-commerce
sebagai bentuk ekonomi digital semakin populer dan umum digunakan untuk
melakukan transaksi perdagangan. Pasar tradisional masih ada, hanya melayani
pembeli konvensional. Hal ini juga berdampak pada sebaran pemilik dan
penyelenggara ekonomi digital. Tren menggunakan platform digital semakin
ditingkatkan untuk mendorong penerimaan atau pendapatan usaha. Hal ini lebih
rasional dilakukan karena adanya pergeseran perilaku pembelian/penjualan dari
konvensional ke digital. Pertumbuhan e-commerce juga mendorong
peningkatan transaksi elektronik.
Sedangkan aspek terakhir, adalah inklusi keuangan. Fenomena
pertumbuhan transaksi digital dan perbankan adalah ekses dari meningkatkan
belanja daring dari masyarakat. Pertumbuhan tersebut juga akhirnya
menjadi lazim ketika jumlah pengunjung e-commerce pada tahun 2022
mencapai 157 juta pengunjung. Data tersebut hanya selama tiga bulan tercatat
mulai bulan Januari sampai dengan Maret 2022. Nilai transaksi platform e-commerce
di Indonesia diperkirakan akan naik secara eksponensial pada tahun 2025.
Pada kesempatan terpisah, Budi Jatmiko, Rektor Universitas
Dinamika, mengungkapkan bahwa model yang dikembangkan ini dapat
diimplementasikan pada tahun kedua setelah riset sampai terbentuk sebuah model.
Selanjutnya, masih menurut Budi, tahun ketiga setelah implementasi, ekonomi
digital menjadi trendsetter dalam pemulihan dan kebangkitan ekonomi.
Pada akhirnya model ini menitikberatkan pada peningkatan akses inklusi keuangan
sebagai bentuk bagian dari pesatnya ekonomi digital. (rud/tta)